Selasa, 12 Juli 2011

Pendidikan Karakter UNY

A.    Latar Belakang
Paradigma kapitalisme dalam dunia pendidikan pada akhirnya melahirkan kebijakan dari pemerintah yang lebih menguntungkan pemegang-pemegang modal didalamnya. Generasi-generasi muda bangsa yang kian hari semakin terjebak dalam budaya hedonisme, konsumsi mereka dari food, fashion, film, sport, life style dll, membawa mereka pada ketumpulan mata hati mereka akan kondisi bangsa mereka sendiri. Hal tersebut berdampak pula pada moral bangsa yangsemakin hancur dengan berbagai bentuk penyimpangan.
Itulah produk pendidikan dari kapitalisme

B.     Pendidikan Karakter
Wacana pendidikan karakter muncul dilatarbelakangi oleh keprihatinan berbagai pihak ( termasuk UNY ) karena melihat kondisi pendidikan Indonesia yang semakin lama tidak memiliki identitasnya lagi. Pendidikan karakter menjadi sebuah solusi atas buruknya hasil pendidikan Indonesia yang hingga saat ini masih condong memihak pada kapitalisme. Tapi sampai saat ini nampaknya belum begitu terasa karena baru dalam tataran teori bukan pengamalan di lapangan.

C.     Karakter
Secara harfiah karakter artinya kualitas mental, atau moral kekuatan moral, nama atau reputasi (Hornby dan Parnwell, 1972:49)
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, karakter adalah sifat-sifat kejiwaan, akhlak atau budi pekerti yang membedakan seseorang dari yang lain, tabiat, watak. Di dalam kamus Psikologi dinyatakan bahwa karakter adalah kepribadian ditinjau dari titik tolak etis atau moral, misalnya kejujuran seseorang; biasanya mempunyai kaitan dengan sifat-sifat yang relative tetap (Dali Gulo, 1982:29)
Menurut Ainain yang dikutip oleh  Marzuki dalam buku Pendidikan profetik Revolusi Manusia Abad XXI akhlak ibarat kelakuan manusia yang membedakan baik dan buruk , lalu disenangi dan dipilih yang baik untuk dipratikkan dalam perbuatan, sedang yang buruk dibenci dan dihilangkan.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat dinyatakan bahwa karakter adalah kualitas atau kekuatan mental atau moral, akhlak atau budi pekerti individu yang merupakan kepribadian khusus yang membedakan dengan individu lain. Seseorang dapat dikatakan berkarakter jika telah berhasil menyerap nilai dan keyakinan yang dikehendaki masyarakat serta digunakan sebagai kekuatan moral dalam hidupnya.
 D. Pendidikan Karakter UNY
UNY sebagai kampus pendidikan bertekat menjadikan kampus ini sebagai sentrum penelitian tentang pendidikan karakter di Indonesia. Dengan mengangkat 3 pilar utama, yaitu Bernurani, Cendekia, dan Mandiri
a.       Bernurani
Transendensi diri adalah suatu respons yang efektif terhadap hasrat dari roh manusia terhadap makna, kebenaran, nilai, dan cinta. Namun hasrat untuk transendensi diri ini terbentur oleh unsur tidak sadar (unconscious) dalam diri manusia. Itu artinya ada unsur tidak sadar (unconscious) dapat memengaruhi kapasitas kita untuk menginternalisasikan nilai (value) dan sikap (atitude).
Pendidikan bukan hanya soal kemampuan untuk menguasai informasi, teknologi, melainkan suatu kemampuan untuk menginternalisasikan nilai dalam kehidupan. Proses penginternalisasian nilai ini perlu menyentuh unsur-unsur tidak sadar (unconscious) dalam tiap pribadi sehingga ia mampu secara bebas untuk memilih dan bertanggung jawab atas pilihannya serta untuk mengenal distorsi-distorsi kesadarannya.

b.      Mandiri
Kesadaran akan peran, posisi, fungsi dan sifat diri seorang individu di hadapan masyarakat menjadi penting, tatkala masyarakat sebagai sebuah sistem tidak lagi mengakui atau memberi kebebasan pada individu untuk memilih tindakannya sendiri yang berbeda atau menyimpang dari sistem sosial yang saat itu berlaku. Maka solusinya adalah kemandirian dalam diri seseorang. Jika kita melihat dalam konteks pendidikan, maka diharapkan pendidikan dapat mencetak sarjana-sarjana yang nantinya bisa mandiri, artinya tidak tergantung kepada lapangan pekerjaan yang ada, akan tetapi menciptakan lapangan pekerjaan. Dalam menjalani hidup juga dapat berpegang teguh pada prinsip yang baik. Kerena telah kita ketahui, ketidakmandirian sarjana-sarjana dalam hal prinsip hidup membawa dampak yang buruk bagi dirinya pribadi dan orang lain. Mereka terjebak pada lingkaran-lingkaran pembatas diri seperti hedonis, apatis, konvensional. egois, dll. Sarjana yang dihasilkanpun hanya mereka yang menghalalkan segala cara untuk lulus dari bangku kulia, menghalalkan segala cara untuk memperoleh pekerjaan, serta menghalalkan segala cara untuk menimbun kekayaan di atas penderitaan sebagian besbr masyaraktnya. Maka dari itu itu, perlu adanya usaha yang kuat agar seseorang terbebas dari lingkaran-lingkaran pembatas tadi. Usaha untuk melakukan pembebasan ini disebut Liberasi. Pendidikan untuk liberasi bermakna pendidikan yang membebaskan seorang individu dari sistem sosial yang berlaku dan memaksa atas dirinya, sehingga idividu itu dapat lebih maju dan mandiri secara kehendak dan kesempatan. Perubahan tersebut diharapkan menggeser model pendidikan ke arah yang lebih humanis dan bebas. Humanis dalam artian sebagaimana seharusnya seorang individu manusia diperlakukan dalam proses pendidikan, dan bebas dalam artian individu boleh menghendaki untuk memilih dengan model seperti apa ia ingin dididik.
Jadi, pendidikan itu bukan tanpa tujuan, melainkan justru harus sadar ke mana peserta didik mereka akan diarahkan.

c.       Cendekia
Mencetak insan yang cendekia, paham akan ilmunya, dan dapat berguna bagi masyarakat merupakan cita-cita yang mulia dari kampus ini.
Proses pembelajaran, hendaknya melihat manusia sebagai manusia seutuhnya. Artinya, ada upaya memanusiakan manusia (humanisasi). Humanisasi senantiasa berimplikasi pada proses kependidikan dengan orientasi pengembangan aspek-aspek kemanusiaan manusia, yakni aspek fisik-biologis dan ruhaniah-psikologis. Aspek rohaniah-psikologis inilah yang coba didewasakan dan di-insan kamil-kan melalui pendidikan sebagai elemen yang berpotensi positif dalam pembangunan kehidupan yang berkeadaban.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar