Jumat, 25 Mei 2012

Refleksi : Menikmati Proses, Menghargai Hasil




Imam Bukhari meriwayatkan penuturan Khabbab, “Aku menghadap Rasulullah Saw. yang sedang berbaring berbantalkan sebuah selimut di dekat Ka’bah. Saat itu kami telah menerima perlakuan keras dari kaum musyrikin. Aku mengadu, ‘Apakah Anda tidak berdoa supaya Allah menolong kita?’
Mendengar pertanyaan itu, beliau langsung bangkit dan duduk dengan muka memerah. Kata beliau, “Orang-orang sebelum kalian dahulu di sisir tubuhnya dengan sisir besi hingga terurai daging dan uratnya dari tulang. Namun, itu tidak memalingkan mereka dari agama mereka. Allah Swt. pasti akan menyempurnakan agama Islam ini sehingga orang musafir bisa berjalan dari Shan’a ke Hadhramaut dengan aman, tanpa takut selain kepada Allah Swt. dan kepada serigala yang mungkin memangsa kambingnya. Akan tetapi, kalian ingin cepat berhasil.”
***
Sejarah kehidupan orang-orang terkenal menjadi hal menarik disimak karena kesuksesan dan pengaruh mereka yang sangat kuat terhadap banyak orang. Tetapi ada satu hal yang harus kita sadari, kesuksesan mereka tidaklah di dapat satu atau dua hari saja. Kesuksesan mereka berasal dari perjuangan, pengorbanan dan kesabaran yang memakan waktu cukup lama. Hanya orang-orang yang memiliki tujuan dan cita-cita saja yang berhasil meraih kesuksesan itu.
Eddie Cantor pernah mengatakan, membutuhkan dua puluh tahun untuk membuat kesuksesan semalam. Sedangkan Charles Spurgeon mengatakan, siput masuk ke dalam bahtera Nuh dengan ketekunan. Sebuah pengibaratan yang sangat tepat dalam memahami sebuah kesuksesan. Sarasate, pemain biola terbesar di abad sembilan belas dari Spanyol, pernah digelari pemain jenius oleh para kritikus musik. Menanggapinya, Sarasate menjawab, “Saya? Jenius? Selama tiga puluh tujuh tahun saya berlatih empat belas jam sehari, dan baru sekarang mereka mengatakan saya jenius?”
Kesuksesan itu juga pasti menemui hambatan, rintangan, dan kegagalan. Soichiro Honda bahkan mengatakan, keberhasilan mengandung 99% kegagalan. Lihat juga betapa banyaknya kegagalan yang dialami Thomas Alva Edison. Namun justru, dengan kegagalan itu mereka mendapat pelajaran berharga. Yaitu, tidak melewati kegagalan itu lagi dikemudian hari. Berani gagal adalah tanda orang yang berani memulai.
Sebagian besar manusia ingin cepat memperoleh hasil yang memuaskan, sehingga secara sadar atau tidak, manusia kerap mengikuti hawa nafsunya dan menghalalkan segala cara demi meraih kesuksesan yang diimpikannya. Jarang sekali yang berorientasi kepada proses, kebanyakan menghendaki kesuksesan instan, yang dengan cepat dapat dinikmati. Orang-orang seperti ini, seringkali menjadi budak hawa nafsunya. Hatinya tertutup, terkunci dari kebenaran. Tentu, ia akan jauh dari rahmat dan pertolongan Allah. Dan, suatu saat pasti ia akan merasakan akibat yang tidak sebanding dengan kenikmatan sesaat yang direguknya.
Kita harus terus belajar untuk menikmati proses daripada menikmati hasil. Proses adalah sebuah rentang perjalanan yang mungkin teramat panjang, lama, dan penuh aral melintang. Tak jarang menimbulkan kesusahan dan kesengsaraan. Dan, kita harus terus berlatih menikmatinya. Sebagai manusia normal, kita memang merindukan tercapainya cita-cita.
Semua usaha membutuhkan proses, diawali dengan niat yang ikhlas, bahwa apapun tujuan kita harus tetap dalam koridor meraih ridha-Nya. Lalu akal, pikiran, tenaga, dan waktu kita kerahkan sepenuhnya untuk berikhtiar sungguh-sungguh, mewujudkan apa yang menjadi impian kita. Subhanallah, sebenarnya inilah yang disebut sebuah proses.
Walaupun sepertinya terlihat menyulitkan, namun proses ini akan menjadi ladang amal yang luar biasa. Kita dapat meraup pertolongan, barakah Allah, tentu andai kita selalu istiqamah, sabar dalam menjalani setiap proses kehidupan kita. Menjadi jalan kian dekat kepada-Nya. Dan andaikan kita mendapatkan cita-cita kita, setelah melalui proses itu, kita akan menjadi orang yang lebih menghargai hidup, lebih bersyukur atas karunia yang dilimpahkan-Nya. Karena kita yakin, bahwa hanya dengan pertolongan Allah lah kita mampu melakukan semuanya. Maka, berjuanglah untuk meniti proses demi proses dalam kehidupan kita yang cuma sebentar ini. Adapun tentang hasil, kita serahkan sepenuhnya kepada Allah. Semoga kita senantiasa diberikan kemampuan untuk tetap berjuang, bersabar agar kita dapat kian menikmati proses kehidupan yang mendewasakan diri. Wallahu’alam. [Nila]

Minggu, 06 Mei 2012

Rosulullah

Rasulullah dalam mengenangmu 
Kami susuri lembaran sirahmu  
Pahit getir perjuanganmu  
Membawa cahaya kebenaran 
Engkau taburkan pengorbananmu  

Untuk umat mu yang tercinta  
Biar terpaksa tempuh derita  
Cekalnya hatimu menempuh ranjaunya 
Tak terjangkau tinggi pekertimu  

Tidak tergambar indahnya akhlak mu  
Tidak terbalas segala jasa mu 
Sesungguhnya engkau rasul mulia 
Tabahnya hatimu menempuh dugaan 

Mengajar erti kesabaran  
Menjulang panji kemenangan  
Terukir nama mu di dalam Al Quran 
Rasulullah kami ummatmu  

Walau tak pernah melihat wajah mu  
Kami cuba mengingatimu  
Dan kami cuba mengamalsunnah mu 
Kami sambung perjuanganmu  

Walau kami dicaci dihina 
Tapi kami tak pernah kecewa  
Allah dan rasul sebagai pembela 

Jumat, 04 Mei 2012

Reading without Writing is VAIN and Writing without Reading is PLAIN



Saya sadar sekali saya sekarang jarang nulis. Sudah berbulan-bulan tidak menghasilkan tulisan. Hiks… Ada beberapa faktor mungkin yang menyebabkan saya jarang nulis. Pertama, karena sudah tidak terikat lembaga kepenulisan (Media). Jaman dulu masih di Lab Jurnalistik (LJ), masih ada tuntutan buat nulis, deadline ini-deadline itu.. huhu, merindukan masa-masa di LJ. Dek Linda.. dek Dwi.. dek Adit.. gimana kabarnya Lj sekarang??===> Faktor kedua, mungkin karena tugas kuliah yang tak pernah lelah mengikuti. Semester ini rasanya tugasnya ndak selesai-selesai. Ketika waktu itu sudah lega menyelesaikan tugas ADK (Analisis Data Kategorik) yang tidak selesai dalam satu hari, ehh.. ternyata ada tugas KOM Multimedia yang belum dikerjakan,(padahal upload tugas paling lambat hari itu). Haiyaaa… ===> Faktor ketiga, adalah karena dari pribadi diri saya sendiri. Tidak punya semangat dan greget untuk menulis. Padahal dalam target semester ini, ada point dimana saya harus mulai mengirimkan tulisan ke mass media (--.). Then, mumpung belum terlambat… saya harus memulainya kembali.
Inti dari tulisan ini, mari kita sempatkan menulis walaupun itu cuma sedikit. Sesibuk apapun kita-sebanyak apapun tugas kuliah yang menumpuk-asal ada niat buat menulis, pasti jadi tulisan (entah hasilnya amburadul gak jelas, yg penting nulis.. hehe). Dan.. saya teringat sms dari akh Ayip, sebagai kader Media=> “Jika saya tidak menulis maka saya membaca”. Tanpa membaca kita tidak akan menghasilkan tulisan yang berbobot (iya to?). J So, Reading without Writing is SIA-SIA and Writing without Reading is PLAIN.