Senin, 19 Agustus 2013

Kenapa harus aksi?

Hari ini, senin 17Juli 2013 saya mendapatkan sms dari seorang kawan di KAMMI. Bunyi sms nya kurang lebih seperti ini “ Rencana kenaikan BBM membuktikan SBY membela kapitalisme, mendzolimi rakyat. KAMMI harus bertindak dan berperan dalam kontribusi membela rakyat. Mengundang antum dalam AKSI MENOLAK KENAIKAN BBM, Senin 17 Juli start at Parkir Abu Bakar Ali – Kantor Gubernur DIY. Dress: putih … ”. Itu sms saya dapatkan tadi pagi.
Karena kebetulan hari ini saya masih dirumah, sehingga belum bisa ikut berjuang bersama kawan-kawan yang saya cintai karena Allah itu. (Ceileeh,, berjuang). Pembaca mungkin ada yang tidak suka dengan cara KAMMI ini khususnya menyelesaikan suatu masalah dengan mengadakan aksi. Mungkin ada yang beranggapan seperti ini:
“Ngapaiin ni bocah,,, teriak-teriak di pinggir jalan. Panas-panas, nyesekin jalan bikin macet aja. Kayak gak ada cara lain yang lebih terpelajar aja.”
Dulu, setiap kali saya mendengar komentar orang lain yang mengejek mahasiswa melakukan aksi, timbul nyeri di hati atau bahasa halusnya agak sakit hati gituu. Orang tua juga sempat melarang-larang saya ikut kegiatan macam itu.
“Ndak usah ikut mbak, suka rusuh gitu. Apa sih yang didapat dari aksi-aksi kayak gitu. Sia-sia”.
 Tapi itu dulu, saat orang tua saya belum tahu urgensi dari suatu aksi apa. Saat saya belum paham bahwa temen-temen yang berpendapat negatif tentang aksi itu belum tahu kenapa harus ada aksi. Then, kalo sekarang denger komentar-komentar sejenis, saya sih senyum aja J. Every person has their different point of view… yang penting saling menghormati pendapat aja.
Aksi yang sudah biasa dilakukan terutama oleh anak-anak KAMMI biasanya berupa aksi damai. Jadi aksinya dilakukan dengan damai-damai aja, sangat kecil peluang untuk timbulnya kerusuhan. Kawan-kawan yang saya ketahui “rajin” aksi, saya mengenalnya sebagai pribadi-pribadi yang luar biasa. Kami percaya bahwa ini adalah salah satu dari banyak jalan untuk membela rakyat, menyuarakan apa yang diinginkan rakyat. Hal ini sah-sah saja, kami anggap sebagai suatu hal yang tidak salah (baca: benar). Jika dikembalikan ke prinsip yang saya pegang, melakukan segala sesuatunya boleh-boleh saja asalkan itu benar (baca: tidak berdosa). Then, sekarang sih enjoy saja saat ada info ngajak kumpul buat ikut aksi. (Haha… itu sih kalo gak mangkir.)
Saya jadi teringat aksi yang saya lakoni pertama kali. Kala itu, saya masih SMA kelas sebelas di SMA N 2 wonogiri. Kebetulan sudah ikut rohis walaupun cuma sebagai anak bawang. Dwi, Erni, Yendi, Dian, Fifin, Heni, Ayuk dkk… teman-teman yang sudah membantu saya bagaimana menggunakan jilbab dengan benar. Syukron ukhti J.
Aksi yang akan dilakukan adalah aksi ANTI CORAT-CORET karena waktu itu bebarengan dengan kelulusan kakak kelas. Pertimbangannya adalah daripada baju dicoret-coret ora genah mending itu baju disumbangkan. FAROHIS Wonogiri yang merupakan induknya rohis-rohis se-Wonogiri bersedia menampung seragam-seragam sekolah yang nantinya akan disumbangkan.
Waktu itu saya ikut aksi agak terpaksa, diajakin terus sama Dwi, temen sekelas saya dan nggak enak sama Fifin selaku koordinator akhwatnya Farohis yang notabene adalah teman dekat saya sejak kecil sekaligus sobat abadi saya(Haha.. sory dwi.. pipin J). Pas aksi berlangsung pun, saat di perjalanan menuju depan kantor DPR saya sembunyi di tengah-tengah barisan. Biar gak kelihatan orang-orang. Alasannya sih klasik, kalau nanti kepoto wartawan, trus masuk koran, trus ketahuan ortu bisa WOW. Kan paginya nggak ijin mau ikutan aksi (ngeles!!!).
Saat udah didepan kantor DPR, saat teman-teman pada teriak saya cuma dieeeem aja. Malu ceritanya.  Hmm.. kalo diingat-ingat, jadi malu sendiri. Malu sama adek-adek dari SMPIT yang berdiri tegak dengan pe-de nya. Ini yang udah SMA kok malah undlap-undlup gak pede. Astaghfirullah. Hikmahnya sih, daripada ndak ikhlas mendingan nggak usah :D.
Haha… Tapi itu sih dulu. Waktu belum pernah mendapatkan materi tentang urgensi aksi. Setelah mengikuti DM nya kammi, waktu jadi maba (ini pun ikutnya juga karena dipaksa mb siti,, mz zuhdan), dan menjalani debat-debat cerdas dengan pemateri dan teman peserta DM, akhirnya cliiing… bersinaar. (apa deeh,,, lebay!). akhirnya terbuka hati dan pikiran. Ehehe. Buat teman-teman yang masih kasih komentar negatif tentang aksi, silahkan dipahami lebih dahulu apa aksi itu sebenarnya. Sekali-kali bolehlah ikutan merasakan ke lapangan, ikutan aksi. Laah,, wong belum pernah ikut aksi kok komen kemana-mana, aksi jelek, aksi bikin rusuh (kebanyakan saya tahu dari komentar-komentar ini dari dunia maya). Pendapat kita akan lebih berkualitas ketika kita berpelaku sebagai orang pertama dan orang ketiga, dari luar dan dari dalam. Insyaallah.
Yosh! Afwan jika menyinggung. Maaf apabila ada salah kata. Jika anda belum sependapat, forum ini bisa digunakan sebagai diskusi. Mungkin saya salah anda bisa membenarkan. Wallahua’lam bish showab.
@sidoharjo wonogiri, 7:33 pm
Note: nanti deh kapan-kapan saya cari catetan saya, semoga masih ada urgensi aksi nya. Soalnya dulu, waktu DM seru bangeet. Apa-apa saya catet. Kalau mengandalkan ingatan saya, nggak valid e. nanti mbok malah ngawur.

#Sebenarnya ini tulisan sudah lama, baru bisa diposting sekarang, ehehe

Rabu, 14 Agustus 2013

Duuh,,, MALU!!!


Posting kali ini tentang pengalaman saya yang sangat-sangat memalukan. Ck.. pengen mati aja deh kalo diingat-ingat. Saking malunya meen.  Waktu itu saya pulang dari rumah Budhe saya. Habis halal bi halal keluarga besarnya simbah. Kalo gak salah tanggal 11 Agustus, H+2 lebaran insyaallah.
Dalam acara itu banyak sekali keluarga yang datang. Dari anak-anaknya simbah yang berjumlah 8 orang (saudara-saudaranya mami saya), cucu-cucunya simbah (termasuk saya, ehehe), cicit dan buyutnya simbah. Jadi kalo ditotal … banyak lah yang datang (saya sendiri sih gak tahu pasti jumlahnya berapa, ehehe).
Sehabis dari acara itu, kebetulan salah satu pak dhe saya, yang rumahnya agak jauh pengin mampir ke rumah. Pak dhe mampir ke rumah berdua dengan anaknya (Mas Didik). Saat dirumah saya, pak dhe ngobrol kesana-kesini dengan bapak dan mami. Saya sih cuma jadi kambing congek, mendengarkan sambil sesekali ikut ketawa.
Sedang asyik-asyiknya mendengarkan obrolan mereka, saya melihat mas Didik dapat sms, mengeluarkan hp, lalu ngetik, mungkin membalas pesan masuk. Nah, dari sini saya jadi kepikiran pengen maenan hp juga. Akhirnya hp tak keluarkan dari kantong rok. Aktifkan kunci. Browsing internet. Mau nyari apa ya?? Oke, buka fesbuk aja. Loading fb. Done. Eeh ada pesan masuk. Tak buka. Dari salah satu teman di media rohis kampus. Isinya “Mohon maaf lahir batin ya ukh…”
Tak bales “Oke sama-sama”. Hmm… tapi kok lola alias loading lama. Saya kemudian teringat aplikasi yang barusan saya download. Aplikasinya lebih cepat kalo dipake buat buka fesbuk. Oke tak coba, tutup browser, buka aplikasinya, emang lebih cepet sih. Tapi gara-gara aplikasi inilah saya melakukan hal terbodoh yang nantinya akan saya sesali seumur hidup saya.
“oke sama-sama. Met lebaran, saling memaafkan ya” pesan ini terkirim lebih cepat menggunakan aplikasi baru buat fb saya tadi. Kemudian pesan berbalas “oke-oke”
Aplikasi yang saya pakai cukup unik, untuk chat fb terdapat kotak yang isinya emoticon alias gambar-gambar imut. You know lah misal emot smile jadinya kayak gini è J. Karena penasaran (aplikasi baru meeen) saya kemudian mencoba klik kotak emot nya. Ceritanya mau lihat ada emot apa aja. Tapi kok lola, gambarnya nggak muncul dengan sempurna. Ada yang muncul dan ada yang belum muncul. Kemudian secara tidak sengaja, saya mengklik emot yang belum muncul dengan sempurna (hp saya touch screen). Saya nggak tahu emot apa yang saya klik karena you know laah, LOLA dan belum muncul gambarnya.
Oke, lama. Kemudian saya klik tombol back. Dan Oh My Goooddd, anda tahu emot apa yang nggak sengaja ke klik dan ternyata terkirim untuk teman saya tadi ?!!?. LOVE. Yap, gambarnya berwarna merah, besar, dan berbentuk hati. Saya panik. Undo.. ada nggak undo?? Ya, nggak bisa lah, kan udah terkirim. Kemudian ada pemberitahuan kalo pesan saya tadi sudah dilihat oleh teman saya. Kaki saya langsung jadi jelly. Lemas.
Astaghfirullah… apa yang saya lakukan. Kalo teman saya perempuan sih oke-oke aja. Tapi teman saya tadi laki-laki, IKHWAN. Gimana kalo si akhi tadi salah paham? Aah, lebih baik mati aja deh. MALU.
“Afwan, tadi kayaknya saya salah kirim emoticon. Saya sedang nyoba app baru jadi belum terbiasa. Afwaan.” Terkirim.
Duuh.. semoga aja nggak salah paham ya Allah.
“Sudah tak duga ukh. Oke gpp, santé aja”
LEGA. PLONG. Alhamdulillah ya Allah. Tapi membayangkan kalau besok ketemu teman saya tadi, aah sudah nggak punya muka. Maluu.. malu.. MALU.
@rumah, august, 9:20 pm
Note: Setelah kejadian ini, saya jadi agak sensi dengan aplikasi baru yang saya gunakan. hmm,, tapi ada hikmahnya, jika ada tamu jangan sibuk sendiri, sok-sok maenan Hp. Apalagi kalau tamunya saudara sendiri. Menghormati tamu kan salah satu sunnah rosul. (sotoyy!!).

SEMUT, Where?


Oke, Jujur saya agak frustasi saat menulis posting kali ini. Why? Jelas, karena saya sedang menunggu sesuatu yang tidak juga kunjung tiba. Kini saya baru benar-benar menghayati arti pepatah bahwa menunggu itu memang menyebalkan. Apalagi kalo yang ditunggu tidak pasti apakah nantinya akan datang atau tidak. Astaghfirullah, ternyata cuma sampai disini saja tingkat kesabaran saya.

Hari ini, selasa malam ke-29 ramadhan. Barusan saya pulang dari masjid, sholat tarawih. Kebetulan tadi ketemu keponakan yang lama tak berjumpa, jadi pas jalan pulang sengaja agak dilambat-lambatkan sambil ngobrol ngalor–ngidul. Sesampainya di pertengahan jalan, kami baru sadar kalo ada yang mengikuti.
“Eh mbak,, itu apa?” kata keponakan saya itu tadi agak syok.
Refleks saya tengok ke belakang. Disana ada anjing seluruh tubuhnya berwarna hitam legam. Untuk orang awam yang pertama melihat mungkin akan langsung berteriak-teriak ketakutan. Tapi saya tidak. Saya mengenal anjing itu. namanya Semut. Dinamai demikian karena seluruh tubuhnya berwarna hitam seperti semut hitam. Oke, memang agak nggak nyambung., tapi anjing tersebut lumayan terbiasa dengan nama tersebut, ketika ada yang manggil “semut,, muut,, semut” otomatis telinganya pasti akan berdiri. (Iya po? Nggak tau ding..).
Semut awalnya adalah anjing liar yang tak ada pemiliknya. Dulu, semut sering berkeliaran di kuburan. Kadang juga sering nyari tulang-tulang ayam bekas di timur rumah, tempat kami membuang sisa-sisa makanan. (for your info, jarak kuburan- rumahku lumayan jauh jadi agak heran juga kenapa semut nyari makannya di rumah kami. Kenapa enggak nyari dirumah-rumah penduduk yang dekat kuburan).
Semenjak pak dhe ku ngasih dia makan (secara sengaja), semut mulai berkeliaran di rumah pak dhe ku yang rumahnya di sebelah timur, deket rumahku. Sejak itu pula, kalau ada makanan sisa, aku suka sekali memberikannya untuk semut. Tentu hanya makanan tertentu saja karena semut bukan tipe anjing vegetarian. Eheehe. Bahkan, aku kadang sengaja menyisakan makananku buat nanti tak kasih ke semut.
Anjing merupakan hewan yang lumayan cerdas. Termasuk si semut. Karena aku sering ngasih dia makan, dia kemudian mulai akrab dengan wajahku dan bau tubuhku (penciuman anjing kan tajam). Seringkali dia mengikuti aku saat ketemu di jalan, atau saat aku maen ke rumah pak dhe. Kalau saja liur anjing halal pasti sudah tak pondong kemana-mana. Semut juga tau diri, dia juga tidak sembarangan membuang air liurnya dan selalu menjaga jarak ketika mengikutiku.
Sudah beberapa minggu ini semut melahirkan anak anjing yang imut-imut. Oiya, semut berkelamin betina. Jadi bisa beranak. Karena you know lah kalo melahirkan pasti butuh asupan nutrisi yang banyak untuk menyusui anaknya, tubuh nya jadi kuruuuus banget. Pakdheku kayaknya sekarang juga jarang ngasih makan. Kalo tak perhatikan akhir-akhir ini, pola makan semut lumayan beringas. Entah karena dia lapar banget atau apa, setiap kali tak kasih makan rakusnyaaa. Waktu itu ada ayam mendekat menganggunya makan “Grrrrrrrrrr” si ayam kena amukan si semut.  Padahal dulunya enggak kayak gitu. Semut dan ayam berteman dengan baik. (sotoyy!!)
Nah, that’s  enough to introducing about her. Balik ke insiden malam ini. Tahu kalo aku diikuti semut, tandanya dia minta makan. Dia ngikutin aku setelah pulang dari masjid. Jarak yang lumayan jauh. Dia sengaja nyegat aku pulang dari masjid, dan itu berarti dia lapar banget. Karena aku jalan sambil ngobrol sama keponakan, waktu tempuh masjid-rumah yang biasanya 5 menit menjadi lebih lama. Sekitar 10 menitan aku baru nyampe rumah. Semut juga fine-fine aja. Dia ngikutin aku sampai rumah.
Lalu, aku buka pintu depan. Semut ikut aku masuk ke dalam rumah, cuma nyampe depan ruang tamu lalu berhenti.
“wah beneran lapar nih bocah” pikirku. Karena biasanya semut gak pernah masuk ke dalam rumah. Kalau aku memberinya makan, dia nunggu di depan pintu belakang rumah. Gak mau masuk. Mungkin sadar diri kalau dia mengandung najis.
Tapi kali ini,,, dia masuk rumah coooy. Agak kaget juga aku. Tak lirik di depan tivi, mami udah tidur. Ya Allah jangan bangunkan mami dulu. Plissss. Takut dimarahi gara-gara ngajak semut masuk rumah. Sekali mamiku buka mata, waah, bakalan dilemparin sandal tuh semut. Bapak? Lagi menjenguk adeknya simbah di rumah sakit Solo. Adekku? Dikamarnya, gak tahu lagi ngapain. Abang? Kayaknya masih dimasjid. Hmm, lega.
Oke, semut cuma nunggu di depan ruang tamu. Nggak mau ikut aku ke dapur. Aku lalu cepat-cepat cari makanan. Di meja makan cuma ada roti. Semut gak doyan. Aku buka lemari. Ada gula, teh, minyak, mie instan, telur, jelly rasa coklat, sirup, tempe mendoan, tahu goreng, roti tawar, sarden, dan apa lagi aku lupa. Oke, tidak ada makanan jadi yang bisa diberikan ke semut. Akhirnya, aku ambil satu telur ayam.
Tak nyalakan kompor. Siapkan wajan. Goreng telur. Gak usah dikasih garam, semut gak suka asin (just my opinion). Selagi menggoreng, aku tengok semut di ruang tamu, masih menunggu. kalo tak perhatikan ke matanya, dia bilang ke aku kalo dia lapaaarnya tingkat dewa (sotoy!).
Telur setengah matang udah jadi. Aku ambil nasi di magic com, menyiraminya dengan minyak bekas telur. Mencampurkan telur setengah matang buatanku. Makanan semut jadi.
Tak lihat ke ruang tamu.
Lhooh??
Semut nggak ada.
Kemana nih. Udah spesial di gorengin telur kok malah pergi.
Tak cari-cari di depan rumah. “Mut.. semuut”.
Nihil. Nggak Muncul.
Aku lalu ke belakang rumah, tempat biasanya aku ngasih makan semut. “Mut,, semuuut. Muuut semuut”. Gak ada. Waduuh, padahal tadi kayaknya semut lapar banget. Oke, tak tunggu lah kalo gitu di belakang rumah. Soalnya kasihan dia nya, kayaknya belum makan (sotoooy!).
5 menit.
10 menit.
15 menit.
Arrrgghh. Semut gak muncul. Padahal kalau saja anda tahu, belakang rumah saya itu kebun, gelap, adanya cuma sumur sama kandang sapi!!!.
Saya mulai frustasi, dilema antara tak tinggal atau tak bawa lagi masuk. Nek tak tinggal takutnya dimakan tikus-tikus besar yang rakusnya minta ampun. Gak ikhlas.  Nek tak bawa masuk kasihan semut kelaparan. Akhirnya tak bawa masuk lagi. Tak kasihin besok aja. Kalau dia berkunjung lagi. Semoga nggak basi.
Itu tadi sekelumit kisah tentang semut. Suatu saat insyaallah akan saya post foto semut beserta anak-anaknya yang unyu-unyu. Ini cuma baru gambarnya semut doang pas dia belum punya anak. Ehehhe.
Udah dulu ya, coba tak tengok lagi ke belakang rumah. Mbokan semut udah nunggu disana.
10. 28 pm @my sist room.
Wonogiri, malam 29 Ramadhan

Nb: Nih malam ganjil, aku malah direpotkan sama si semut. Buat pembaca, jangan ditiru. Jika ada malam ganjil, silahkan sebanyak-banyaknya digunakan untuk beribadah. Berharap dapat malam seribu bulan. Semoga nanti saya masih bisa. Yoshh!!!

Lets check, ini gambarnya semut sewaktu belum punya anak. Masih agak gemuk.